Senin, 20 Juni 2016
Unknown
BPP
KANTOR BPP |
Panen Bersama |
Panen Bersama Kapolsek |
Peresmian Kantor BPP |
Tanam Jajalegowo |
BPP (BALAI PENYULUHAN
PERTANIAN) CIAWI
Alamat : Jln. Moch. Bagowi
Kp Bojong Desa Sukamantri Ciawi Tasikmalaya Kode Pos 46156
9 Indikator Kinerja Penyuluh Pertanian :
1. Tersusunnya data potensi Wilayah2. Tersusunnya Programa Penyuluhan Pertanian
3. Tersusunnya Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian
4. Terdiseminasinya informasi teknologi pertanian kepada pelaku utama
5. Tumbuh kembangnya kelembagaan petani
6. Meningkatnya kapasitas pelaku utama
7. Meningkatnya akses pelaku utama terhadap informasi pasar, teknologi, sarana prasarana dan pembiayaan
8. Meningkatnya produktivitas dan skala usaha pelaku utama
9. Meningkatnya pendapatan pelaku utama
Daftar Nama Penyuluh dan Petugas di BPP Ciawi
Tahun 2015
No
|
Nama/NIP
|
Tempat/ Tgl lahir
|
Jenis Kelamin
|
Pendidikan
Terakhir
|
Keterangan
|
1
|
Madhadi, SP
19650711 198708 1 001
|
Kuningan,
11-07-1965
|
Laki-laki
|
S-1
|
Koordinator
Penyuluh
|
2
|
A Hendar S., A.Md
19560912 198012 1 001
|
Ciamis,
12-09-1956
|
Laki-laki
|
Setara D-3
|
Penyuluh Kehutanan
|
3
|
Umuk Abdul Mukti, A.Md
19600101 198902 1 002
|
Tasikmalaya
01-01-1960
|
Laki-laki
|
Setara D-3
|
Penyuluh Kehutanan
|
4
|
Ir. Sudrajat
19620414 200801 1 002
|
Tasikmalaya
14-04-1962
|
Laki-laki
|
S-1
|
Mantri Tani / KCD
|
5
|
Dadang Sulaeman, A.Md
19630824 198702 1 003
|
Bandung
24-08-1963
|
Laki-laki
|
D-3
|
PPOPT
|
6
|
Dodi Kusniadi, SPt
19761008 201001 1 005
|
Tasikmalaya
08-10-1976
|
Laki-laki
|
S-1
|
Penyuluh Pertanian
|
7
|
Ikin Sodikin, A.Md
|
Tasikmalaya,
26-06-1982
|
Laki-laki
|
D-3
|
THL-TBPP
|
8
|
Ai Erna R., SP
|
Tasikmalaya,
12-06-1982
|
Perempuan
|
S-1
|
THL-TBPP
|
9
|
Asep Wahyu, SST
|
Tasikmalaya,
18-05-1982
|
Laki-laki
|
D-4
|
THL-TBPP
|
10
|
Evi Nuraliyah, SP
|
Sumedang,
15-12-1988
|
Perempuan
|
S-1
|
THL-P2BN/
THL-TBPPD
|
Unknowninfo ciawi
Puluhan Artefak Bersejarah Ditemukan di Ciawi
Artefak yang ditemukan di antaranya jubleg (tempat menumbuk padi terbuat dari batu), palipisan (tempat membuat obat-obatan zaman dulu), serta sejumlah pusara makam dengan nisan batu berbentuk seperti roket. Ada juga pisin (piring kecil) serta pecahan mangkuk kecil porselen yang ditemukan beserta benda-benda tersebut.
Tokoh Kampung Mandala Totong Saprudin (47) mengatakan benda-benda bersejarah tersebut pertama kali ditemukan oleh kakeknya, Makmun, 25 tahun lalu di area persawahan yang tak jauh dari rumahnya. Namun karena warga tidak tahu maka benda-benda itu dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari mulai dari mengasah golok, menyuci, dan aktivitas warga lainnya.
"Warga di sini tidak tahu itu barang-barang apa sehingga dipakai untuk keperluan aktivitas sehari-hari,” ucapnya, Rabu (15/6/2016).
Warga baru tahu jika benda itu bernilai sejarah setelah ada fasilitator pembangunan jalan lingkungan yang datang ke desa mereka. Dia mengatakan jika benda-benda seperti jubleg dan peninggalan lainnya merupakan benda bersejarah. Sejak saat itu, dirinyabersama warga mulai mengumpulkan dan mendata benda-benda peninggalan tersebut agar tidak hilang dan dicuri orang.
Camat Ciawi Ade Sumanang mengaku sudah mengetahui keberadaan benda-benda bersejarah tersebut sejak lama. Hal itu ditindaklanjuti dengan melaporkannya ke dinas terkait supaya segera diteliti. "Sudah saya laporkan ke dinas terkait dan untuk mengetahui asal muasalnya harus menunggu tim dari arkeolog yang lebih paham,” tuturnya.
Unknowninfo ciawi
Artefak Kuno Ditemukan di Kampung Mandala
Warga Kampung Mandala, Desa Margasari, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya baru-baru ini menemukan sejumlah artefak yang diduga berusia lebih dari 200 tahun. Benda peninggalan sejarah yang pertama kali ditemukan di antaranya jubleg (tempat menumbuk padi terbuat dari batu), palipisan (tempat membuat obat-obatan zaman dulu), serta sejumlah pusara makam dengan nisan batu berbentuk seperti roket. Terakhir, warga juga menemukan pisin (piring kecil) serta pecahan mangkuk kecil porselen di sekitar permukiman.
Salah seorang tokoh Kampung Mandala, Totong Saprudin (47) menuturkan, benda bersejarah tersebut pertama kali ditemukan oleh sang kakek, Makmun, 25 tahun lalu. Makmun menemukan jubleg di area persawahan tak jauh dari rumahnya. Namun, karena ketidaktahuan warga, benda tersebut justru digunakan untuk keperluan sehari-hari mulai dari mengasah golok, menyuci, dan aktivitas warga lainnya.
"Awalnya kami tidak tahu apa-apa. Makanya barang-barang yang pertama kali ditemukan ya sudah aja dibiarkan. Malah digunakan untuk keperluan sehari-hari,” kata Totong saat dijumpai “PR” di Kampung Mandala, Rabu 15 Juni 2016.
Menurut Totong, warga mulai mengetahui bahwa benda-benda yang ditemukan adalah artefak kuno setelah seorang fasilitator pembangunan jalan lingkungan masuk ke desa mereka, enam bulan lalu. Fasilitator itu menyebutkan jika benda-benda seperti jubleg dan peninggalan lainnya merupakan benda bersejarah. "Ada yang hobi benda-benda kuno, pas melihat jubleg dia bilang itu benda bersejarah, tetapi orang di sini menganggap benda itu biasa saja," kata Totong.
Sejak saat itu, ia bersama warga lainnya mulai mengumpulkan dan mendata benda-benda peninggalan tersebut agar tidak dicuri orang. Benda-benda tersebut tersebar di beberapa tempat namun masih dalam satu area kampung Mandala. Pisin ditemukan dalam kondisi tak utuh di pekarangan warga. Pada pisin dan mangkuk terdapat tulisan kuno serta gambar singa berkepala manusia dengan tulisan yang tidak dimengerti oleh warga setempat.
Sementara palipisan ditemukan terbenam di dalam sawah. Pada saat itu, warga bergotong-royong membangun jalan pemukiman. Tak jauh dari tempat itu, ditemukan pula sebuah jubleg persegi. Namun jubleg tersebut masih berada di posisi semula karena warga kesulitan mengamankannya.
Sementara temuan pusara mirip roket berada di Bukit Kembang Kertas. Saat ini tempat itu dijadikan tempat pemakaman warga kampung. Pusara tersebut terlihat berbeda dari yang lainnya dengan bentuk nisan seperti roket. Di bawah pusara tersebut ditemukan angka 1931 dan 1349 dalam satu pusara. Warga sendiri tidak dapat memastikan apakah angka-angka itu menunjukkan tahun kematian atau bukan.
Hingga saat ini, warga masih belum mengetahui secara pasti asal muasal benda bersejarah tersebut. Namun, menurut sesepuh di Kampung Mandala, benda tersebut merupakan peninggalan masyarakat yang hidup pada zaman pemerintahan Raden Tumenggung Wiradadaha I, Bupati Tasikmalaya pertama. Namun, kebenarannya masih harus dipastikan kembali oleh arkeolog.
"Pemuda kampung di sini sudah berkomunikasi melalui media sosial, dan kebetulan akan ada tim arkeolog dari Bandung yang akan datang untuk meneliti keberadaan benda-benda kuno ini,” kata Totong.
Dia berharap, suatu saat Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya bisa memperhatikan benda-benda tersebut, dan membuat sebuah museum mini di Kampung Mandala. "Dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sebenarnya sudah datang, tetapi mereka minta didata dulu benda-benda kunonya sekaligus disusun sejarah bendanya,” ucap Totong.
Camat Ciawi Ade Sumanang mengaku sudah mengetahui keberadaan benda-benda bersejarah tersebut sejak lama. Pihaknya pun sudah melaporkan ke dinas terkait supaya segera ditindaklanjuti. "Bendanya sudah ada dari dulu. Kita hanya imbau warga untuk menyimpan supaya tidak disalahgunakan. Selebihnya tunggu dari tim arkeolog dulu,” ucap Ade saat dijumpai di Kantor Kecamatan Ciawi.**
Langganan:
Postingan (Atom)